Kota Probolinggo merupakan kota yang kaya akan sejarah . Hal ini dituturkan oleh Edi Martono selaku pembina pojok Literasi Arkeologi Sunan Kali Banger yang datang dalam giat Dialog Interaktif Radio Suara Kota Probolinggo pada Selasa (22/8).
KANIGARAN – Kota Probolinggo
merupakan kota yang kaya akan sejarah . Hal ini dituturkan oleh Edi Martono selaku
pembina pojok Literasi Arkeologi Sunan Kali Banger yang datang dalam giat Dialog Interaktif Radio Suara Kota
Probolinggo pada Selasa (22/8).
Kedatangannya bermaksud untuk menceritakan sebuah sejarah cikal bakal Probolinggo dan
juga tentang daerah yang sekarang menjadi bagian wilayah Kabupaten Probolinggo dari sudut pandang orang asing yang sampai saat ini
masih jarang diketahui.
Pada tahun 1770
bupati Joyonegoro/Kanjeng Jimat mengubah nama kota ini menjadi Probolinggo. Namun, sebelum itu Kota Probolinggo memiliki julukan yang disematkan oleh orang Perancis dan
Inggris. Probolinggo mendapat julukan Caleba dan Baleba hingga dicantumkan nama Caleba dan Baleba
pada peta yang digunakan kedua negara Eropa tersebut.
“Baleba itu artinya
suatu wilayah yang ada di Jawa yang masuk keresidenan Pasuruan. Kenapa saya
yakin itu Probolinggo karena diujung peta itu Caleba sedangkan diujung lain ada
tulisan The Ketapang yang saat ini dikenal sebagai Gili Ketapang, jadi Caleba
dan Baleba itu merupakan Probolinggo, ada kemungkinan nama Caleba itu diambil
dari Kali Banger,”ujar Edi kepada Mitra Suara
Kota Probolinggo.
Terdapat sebuah peta
pada tahun 1702 dan 1707 nama Probolinggo masih dijuluki dengan sebutan Caleba,
sedangkan pada tahun 1719 sampai 1728 nama Caleba berubah menjadi Baleba.
“Setelah kami cari
beberapa kali di kamus yang lama, wilayah tersebut masuk
Karesidenan Pasuruan dan saat kami menganalisis di
kamus yang baru, muncullah angin besar yang dikenal sebagai Angin Gending,” Ujar Edi yang juga pemerhati sejarah Probolinggo ini.
Sedangkan wilayah
kabupaten di Probolinggo sudah terdeteksi di peta pada tahun 1702. Seperti
halnya Dringu yang dulunya memiliki nama Dringgen, Barmi diubah Bremi, dan
Borang menjadi Wiroborang.
Pada akhir sesi
dialog tersebut, dirinya berpesan sebagaimana yang
dikatakan oleh Bung Karno untuk generasi muda, “jangan pernah meninggalkan sejarah dan semangat untuk mempelajari apa yang
dimiliki oleh pendahulu, dan mari kita tiru untuk memajukan negara,”
tutupnya pada siang hari itu. (PKL/Sit)