Roebiono Kertopati : Bapak Persandian Indonesia, Penjaga Rahasia Keberlangsungan Bangsa

Di balik layar sejarah Indonesia yang gemilang, berdiri kokoh sosok Mayjen TNI (Purn.) dr. Roebiono Kertopati, figur legendaris yang digelari "Bapak Persandian". Namanya mungkin tak seharum para pejuang bersenjata, tapi dedikasinya selama 38 tahun membangun dan membentengi sistem komunikasi rahasia Indonesia tak ternilai harganya. Dia adalah maestro sandi, penenun kode, penjaga gawang informasi, pengaman denyut nadi nasional dari mata dan telinga musuh.

Di balik layar sejarah Indonesia yang gemilang, berdiri kokoh sosok Mayjen TNI (Purn.) dr. Roebiono Kertopati, figur legendaris yang digelari "Bapak Persandian". Namanya mungkin tak seharum para pejuang bersenjata, tapi dedikasinya selama 38 tahun membangun dan membentengi sistem komunikasi rahasia Indonesia tak ternilai harganya. Dia adalah maestro sandi, penenun kode, penjaga gawang informasi, pengaman denyut nadi nasional dari mata dan telinga musuh.

Lahir pada 11 April 1914, Roebiono muda menempuh pendidikan kedokteran, profesi yang mengantarkannya bertugas di pedalaman Papua saat pendudukan Jepang. Tapi takdir menuntunnya pada jalur tak terduga. Kecerdasan dan ketelitiannya menarik perhatian pejuang kemerdekaan, lantas ia direkrut ke Badan Intelijen Kementerian Pertahanan. Disinilah bakat kriptologinya mulai bersinar.

Pada 4 April 1946, di sebuah kamar kecil nan sederhana, Roebiono ditugaskan mendirikan "Dinas Code", cikal bakal lembaga sandi nasional. Modalnya minim, hanya segelintir personel dan tekad baja. Namun, ia tak gentar. Dengan bekal pengetahuan otodidak dan kegigihan, Roebiono menyusun sistem komunikasi rahasia, merancang sandi, serta merekrut dan melatih personel andal.

Tahun-tahun berikutnya menjadi saksi perjuangan gigih Roebiono. Dari "Dinas Code", lembaga itu bertransformasi menjadi "Djawatan Sandi" dan akhirnya, pada 1972, resmi berdirilah Lembaga Sandi Negara (Lemsan) yang kokoh. Di bawah kepemimpinannya yang visioner, Lemsan menjelma menjadi benteng pertahanan komunikasi nasional. Sandi-sandi buatan Roebiono dan anak didiknya menjamin kerahasiaan strategi militer, diplomatik, dan pemerintahan, melindungi Indonesia dari mata-mata asing dan sabotase musuh.

Tapi peran Roebiono bukanlah sekadar teknis. Ia memahami betul filosofi di balik pesan yang ia sampaikan. Moto hidupnya yang legendaris, "Kechilafan Satu Orang Sahaja Tjukup Sudah Menjebabkan Keruntuhan Negara", menjadi mantra bagi pasukannya. Setiap kode, setiap pesan, dikerjakan dengan presisi dan penuh kesadaran bahwa nasib bangsa bisa bergantung pada satu titik, satu goresan pena, satu kesalahan kecil.

Roebiono tak hanya membangun institusi, tapi juga warisan intelektual. Ia getol menulis buku dan pedoman kriptologi, memastikan pengetahuannya tak terkubur bersamanya. Dedikasinya yang tak kenal lelah, disiplinnya yang keras dan integritasnya yang tak tercela menginspirasi generasi penerusnya.

Pada 23 Juni 1984, Roebiono tutup mata, meninggalkan Lemsan yang kuat dan mapan. Kepergiannya menandai akhir era sang maestro sandi, namun karya dan semangatnya terus hidup. Tak banyak dikenal publik, tapi kontribusinya tak terbantahkan. Ia adalah penjaga rahasia, perisai komunikasi dan pengaman denyut nadi bangsa. Kisahnya adalah kisah tentang ketekunan, kecerdasan dan dedikasi tanpa pamrih, kisah tentang seorang pahlawan yang bertempur bukan dengan senjata, tapi dengan sandi dan kode, memastikan Indonesia tak hanya merdeka, tapi juga aman dan terlindungi.

LINK TERKAIT