4 Mitos dan Fakta Buah, Ahli Gizi RSUD dr Moch Saleh Beri Klarifikasi
Hari Buah Internasional yang jatuh pada 1 Juli 2024 silam menjadi dasar hadirnya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Moch. Saleh untuk mengedukasi seputar buah kepada masyarakat dalam sesi Dialog Interaktif Suara Kota Probolinggo pada Jumat Siang (12/7).
Hari
Buah Internasional yang jatuh pada 1 Juli 2024 silam menjadi dasar hadirnya
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Moch. Saleh untuk mengedukasi seputar buah
kepada masyarakat dalam sesi Dialog Interaktif Suara Kota Probolinggo pada
Jumat Siang (12/7).
Dialog
yang juga disiarkan secara langsung melalui akun instagram
@rsudmohamadsalehprobolinggo ini salah satunya mencoba meluruskan simpang siur
pandangan terkait konsumsi buah yang berpengaruh terhadap gizi dan kesehatan
masyarakat. Materi dibawakan bersama 2 ahli gizi Winda dan Dela.

1. Penderita diabetes tidak boleh makan
buah
Buah
mengandung gula alami yang dikhawatirkan memicu tingginya kadar gula darah
penderita diabetes. Pernyataan tersebut ditepis oleh Dela. Ia menjelaskan bahwa
boleh atau tidaknya konsumsi makanan kepada penderita diabetes adalah
berdasarkan Indeks Glikemik (GI) dalam buah yang merupakan indikator cepat atau
lambatnya unsur karbohidrat meningkatkan kadar gula.
“Indeks
Glikemik yang menentukan gula darah di dalam tubuh itu naiknya cepat atau
lambat. Jadi balik lagi, GI-nya rendah atau tinggi? Walaupun manis tapi GI-nya
rendah, ya gak apa-apa,” jelas Dela.
2. Buah utuh lebih sehat dibandingkan jus
buah
Perbedaan
kandungan antara buah utuh dan jus buah terletak pada serat. Jus buah sering
kali memisahkan antara sari dan ampas buah. Hal tersebut yang menjadikan buah
utuh lebih sehat karena masih mengandung serat yang baik untuk pencernaan.
“Kalau
dijus seratnya hilang. Sedangkan fungsi utama serat itu bisa membantu mencegah
kenaikan gula darah. Kalau seratnya hilang, gula darah naik lebih cepat, GI-nya
juga bisa naik. Apalagi biasanya ditambah gula dan susu kental manis, nambah
lagi gulanya,” ungkap Dela.
3. Konsumsi parutan kelapa dapat sebabkan
cacingan
Pandangan
ini muncul akibat bentuk kelapa parut yang menyerupai seperti cacing, padahal
keberadaan cacing disebabkan dari pertumbuhan telur cacing akibat dari makanan
yang tidak higienis. Winda turut menyampaikan klarifikasinya.
“Belum
tentu. Dilihat dari kelapanya, bersih atau tidaknya. Kalau misalnya kelapa ada
telur cacing, pasti cacingan. Kalau enggak ada ya enggak. Makanya harus dicuci
dulu (kelapa),” timpal Winda.
4. Konsumsi biji-bijian dapat menyebabkan
usus buntu
Dela
kembali menjawab pandangan tersebut. Ia menjelaskan bahwa segala makanan yang
masuk dalam tubuh akan diproses secara seksama, terutama pada lambung, sehingga
akan keluar dalam bentuk yang tidak lagi utuh.
“Pastinya
mitos. Tubuh kita ini sudah pintar. Di dalam tubuh ada asam lambung,
biji-bijian seperti cabe, jambu biji bisa hancur waktu kena asam lambung,”
jawab Dela.
Berikut
mitos dan fakta yang banyak beredar di kalangan masyarakat, sehingga perlu
untuk diberikan edukasi terkait kebenarannya. Terakhir, mereka mengajak kepada
Mitra Suara Kota untuk mulai gencar meningkatkan kualitas gizi dengan banyak
makan buah. (zul/uby)