Begini Cara Persagi Kota Probolinggo Peringati Hari Gizi Nasional ke-62
Begini Cara Persagi Kota Probolinggo Peringati Hari Gizi Nasional ke-62
KANIGARAN – Persagi atau Persatuan Ahli Gizi Indonesia Dewan Pimpinan
Cabang (DPC) Kota Probolinggo, peringati Hari Gizi Nasional ke-62
dengan menggelar talkshow Layanan Tidak Pernah Putus dengan tema “Aksi
Bersama Cegah Stunting dan Obesitas” di Radio Suara Kota Probolinggo,
Selasa (25/1) siang. Hadir sebagai narasumber talkshow antara lain Ketua
DPC Persagi Kota Probolinggo Tunik Agustina, Rizka Tri Rahmawati dari
pengurus persagi, Silfa Dwi Martianingsih dari Nutrisionis RSUD dr. Moh
Saleh dan Susi Nurjayanah dari Ketua Posyandu Istiqomah.
Berdasarkan literatur dari Kemenkes, stunting merupakan kondisi gagal
pertumbuhan pada anak, baik itu pertumbuhan tubuh dan otak, akibat
kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Hal tersebut mengakibatkan anak
lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam
berpikir.
Sedangkan obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan akibat
ketidakseimbangan asupan energi dengan energi yang digunakan dalam waktu
lama. Kedua kasus tersebut, menurut Ketua Persagi Tunik, masih terjadi
di Kota Probolinggo. “Stunting di Kota Probolinggo tahun ini mencapai
15,2% dan untuk kejadian obesitas juga masih ada,” terangnya.
Sebagai
seorang nutrisionis, Tunik menganjurkan agar masyarakat mengonsumsi
gizi simbang serta menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah terjadinya
obesitas maupun kurang gizi. “Pola makan gizi seimbang harus tetap
diterapkan, gerakan makan sayur dan buah aktivitas olahraga, kemudian
pola hidup sehat yang lain, menghindari rokok, menghindari stres seperti
itu,” jelas Tunik yang berdinas di Dinkes P2KB itu.
Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah terjadinya stunting pada bayi
dan balita. Diantaranya deteksi stunting, kunjungan ke rumah, pemberian
makanan tambahan, pendampingan psikolog dan layanan kesehatan dari
dokter umum.
“Konseling pasti kita lakukan tidak hanya pada ibunya saja tapi di
lingkungan keluarga itu juga menggandeng dengan teman-teman sanitasi,
kemudian dari dokter umum yang ada di puskesmas,” ungkapnya.
Diketahui, ciri-ciri anak yang mengalami stunting antara lain
pertumbuhan gigi terlambat, wajah tampak lebih muda dari usianya,
performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar, tanda pubertas
terlambat serta pada anak usia 8-10 tahun menjadi lebih pendiam dan
tidak banyak melakukan kontak mata
Untuk itu, nutrisionis RSUD dr Moh Saleh menekankan bagi pasangan
suami istri yang merencanakan kehamilan agar selalu memenuhi gizi di
1000 hari pertama kehidupan bayi. “Terhitung dari 9 bulan saat di
kandungan janin sampai 2 tahun anak, jadi 1000 hari pertama kehidupan,”
tegas Silfa panggilan akrabnya.
Sementara itu, dari hasil pengamatan di lapangan, Ketua Posyandu
Istiqomah RW 03 Kelurahan Curahgrinting Susi Nurjayanah mengungkapkan
bahwa faktor kemiskinan juga turut menjadi salah satu penyebab stunting.
“Dari segi kesehatan stunting bisa diketahui mulai dari calon
pengantin, ibu hamil dan bayi balita, stunting juga bisa dipengaruhi
oleh faktor kemiskinan, karena kemiskinan mempengaruhi pola makan yang
tidak memenuhi syarat,” ujarnya. (dewanta)