Radio Suara Kota Probolinggo Suguhkan Kajian Subuh
Di momen Ramadan 1444 H, Radio Suara Kota Probolinggo 101.7 FM tidak hanya menyuguhkan program unggulan kajian sore (kare) Ramadan dan tadarus Al-Quran. Program unggulan lainnya yang juga disuguhkan adalah kajian Subuh yang dimulai pukul 05.00 WIB dengan menggandeng narasumber dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Probolinggo.
KANIGARAN - Di momen Ramadan
1444 H, Radio Suara Kota Probolinggo 101.7 FM tidak hanya menyuguhkan program
unggulan kajian sore (kare) Ramadan dan tadarus Al-Quran. Program unggulan
lainnya yang juga disuguhkan adalah kajian Subuh yang dimulai pukul 05.00 WIB
dengan menggandeng narasumber dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota
Probolinggo.
Pada 4 ramadan
1444 H, Minggu (26/3), Ustadz Wahid mengisi materi terkait optimalisasi ibadah
di bulan Ramadan. Ramadan merupakan bulan pendidikan mental dan spiritual dalam
rangka belajar istikamah dan optimalisasi ketaatan.
“Shaimin dan
shaimat dilatih disiplin waktu dengan bangun tidur lebih awal untuk qiyamul
lail (tahajud), berdoa, berdzikir, beristigfar, membaca Al-Quran hingga santap
sahur. Pendisiplinan diri ini dapat membentuk budaya taat beribadah, taat
berpola hidup sehat, berkarya dan beramal salih,” ujarnya.
Dengan paket
komplit kurikulumnya, bulan Ramadan sarat dengan pendidikan ketaatan
multidimensi. Selain ketaatan personal, Ramadan mengedukasi agar setiap
individu memiliki ketaatan sosial yang diwujudkan dengan membangun kesadaran
kolektif dengan menjadikan masjid sebagai pusat ibadah, pendidikan, dakwah, dan
pembangunan peradaban berkemajuan. Ketaatan sosial juga dikembangkan melalui sedekah,
tadarus Al-Quran, membayar zakat, silahturahmi, dan sebagainya.
Optimalisasi
ketaatan selama Ramadan juga dimanifestasikan dalam ketaatan mental spiritual
yang terintegrasi dalam tiga kesabaran sekaligus. Yaitu, kesabaran dalam
menaati perintah Allah, kesabaran menjauhi laranganNya, dan kesabaran dalam
menerima ketetapanNya yang dirasa kurang nyaman seperti haus, lapar, lemas dan
sebagainya.
“Ramadan
merupakan sekolah kesabaran dan kejujuran (madrasah ash-shabr wa ash-shidq).
Kesabaran merupakan separuh dari puasa itu sendiri. Sebab tanpa sabar puasa
menjadi tidak bermakna,” tandasnya.
Momentum bertemu
dengan Ramadan di tahun 2023 ini patut disyukuri dengan peningkatan kualitas
iman, ilmu dan amal shalih. Ibadah Ramadan tahun ini harus diniati dan dijalani
dengan target, performa, dan outcome yang lebih baik dari puasa di tahun-tahun
sebelumnya. Optimalisasi ketaatan penting dijadikan agenda pemaknaan dan
aktualisasi puasa ramadan secara totalitas. “Hamba yang taat beribadah adalah
hamba yang bertakwa dan beruntung, tidak hanya di dunia tetapi juga di
akhirat,” ucapnya.
Wahid berharap
di bulan Ramadan 1444 H masyarakat lebih memperbanyak belajar terkait
hukum-hukum puasa dalam rangka mengoptimalisasi ibadah agar memiliki
rambu-rambu di dalam melaksanakan ibadah tersebut. “Tidak bablas begitu saja,
karena orang yang sukses itu karena ilmunya. Sebagaimana sabda Rasullullah SAW,
orang yang ingin sukses di dunia dan di akhirat maka harus dengan ilmu,” pesannya.
Sementara itu, di hari kelima Ramadan, Kajian Subuh diisi oleh Ustaz Imam
Mudzakir yang membahas tentang keutamaan salat Tarawih. (mir/fa)