TANGKAL HOAX CORONA, PRAHUM HARUS BISA MANFAATKAN MOMENTUM
TANGKAL HOAX CORONA, PRAHUM HARUS BISA MANFAATKAN MOMENTUM
Yogyakarta, 10/3/2020 – Ada yang berbeda pada Bimtek
Peningkatan Kompetensi dan Diseminasi Informasi tentang Covid-19 bagi
Jabatan Fungsional Pranata Humas kali ini (10/4). Berbeda dari Bimtek
sebelumnya, ini kali pertama Bimtek dilakukan di saat Pranata Humas
benar-benar diuji kompetensinya dan dibuka seluas-luasnya atas
partisipasinya dalam melakukan eksposure media positif dan menarik agar
masyarakat tidak panik berlebihan disaat penyebaran isu hoax virus
corona bermunculan bersamaan dengan penyebaran virus covid-19 dalam
skala global.
“Setidaknya hingga saat ini ada sekitar 170 an berita hoax
tentang covid-19,” ujar Kepala Dinas Kominfo DIY, Benny, saat memberikan
sambutan dihadapan 150 peserta yang dihadiri perwakilan dari
Diskominfo, pembinaan kepegawaian yg menaungi Jabatan Fungsional Pranata
Humas (JFPH), juga pemangku JFPH yang ada di daerah.
Pranaha Humas harus bisa memanfaatkan momentum ini untuk
membuat konten positive terkait tentang pencegahan covid-19, sekaligus
menyebarluaskannya sebagai sarana dan wahana pencegahan penularan virus
corona di masyarakat.
Pertanyaannya adalah sampai hari ini, apa yang sudah kita
lakukan selaku Pranata Humas ?, apakah kita bisa mengantisipasinya atau
menangkalnya?. Jika kita tidak bisa memberikan informasi yang
dibutuhkan masyarakat secara benar, maka masyarakat akan mencari
informasi ke tempat lain yang sumbernya bahkan belum tentu benar.
Herannya, masyarakat justru cenderung percaya pada informasi-informasi
yang diupload begitu saja di media, seakan akan itu liputan fakta yang
dipoles sedemikian rupa sehingga unsur hoaxnya tidak tampak, ditambah
lagi era sekarang semua pihak punya kepentingan. Hal ini menambah
peliknya sebaran informasi saat ini.
Inilah realita yang harus humas pemerintah terima. Jika
mereka mampu menyebarkan isu hoax sedemikian massif di balik covid-19,
lalu seberapa banyak pula berita positif yang dapat kita sajikan atau
kita viralkan.
“Yang menderita banyak, tapi adakah dari kita yang memberitakan yang sembuh juga banyak,” lanjutnya lagi.
Inilah harapan kita untuk memberikan informasi yang berimbang agar masyarakat tidak panik.
Sementara masih pada acara yang sama, Direktur TKKKP (Tata
Kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik), Selamatta Sembiring, mengatakan
bahwa kita selama ini terjebak dalam kegiatan bimbingan-bimbingan dan
regulasi yang normatif, tapi efeknya tidak dapat dirasakan secara
langsung oleh Prahum itu sendiri, saat ini momennya Pranata Humas di tes
saat merebaknya covid-19 dan membuka partisipasi Prahum untuk membuat
konten-konten yang positive dan menarik.
Ia masih melihat peran Pranata Humas pemerintah saat ini
masih kurang. Menurutnya baru satu Pranata Humas yang ambil bagian dalam
pengelolaan media dan berhasil, yaitu Kota Depok yang mengambil isu
corona sebagai isu. Padahal ada sekitar 1.500 Prahum di seluruh
Indonesia, sedangkan covid-19 adalah isu nasional.
“Disinilah peran humas menjadi strategis, siapa lagi yang
bisa meluruskan dan mengatisipasi isu hoax jika bukan kita. Jika
pemberitaan hoax terus-menerus dibiarkan tanpa ada yang mengklarifikasi,
maka akan dapat dijadikan pembenaran, (teori post-truth), ujarnya.
Prahum harus bisa memberikan informasi sejernih mungkin dan
tidak berpihak. ke depan, tidak saja covid-19, tekanan komunikasi
seperti ini akan sering-sering kita dapatkan, ini nanti akan menambah
peran strategis Pranata Humas pemerintah. (uby)